Suatu hari saya membaca berita di Kompas.com 5 maret 2010, Presiden Venezuela Hugo Chavez menyatakan bahwa gempa bumi Haiti 12 Januari yang menewaskan ratusan ribu jiwa kemarin bukan disebabkan oleh fenomena alamiah tetapi oleh persenjataan milik Amerika yaitu HAARP (High Frequency Active Auroral Research Program. HAARP adalah sebuah program riset militer Amerika yang bisa menimbulkan perubahan iklim yang drastis dan ganas. Pusat penelitian HAARP berada di Alaska yang diarahkan pada rekonfigurasi lapisan yang menyelubungi bumi yaitu ionosfer untuk meningkatkan komunikasi satelit. Menurutnya, Amerika saat ini sedang “bermain-main menjadi Tuhan” dengan senjata itu yang mampu menimbulkan bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, banjir dan bencana lainnya. Proyek riset ini sendiri akan selesai dikerjakan pada tahun 2012.
www.indonesianradio.ir 25 Januari 2010 juga menyebutkan, angkatan laut Rusia dalam sebuah laporan menyatakan bahwa gempa bumi di Haiti disebabkan oleh HAARP dan target selanjutnya adalah menghancurkan Iran dan menggulingkan pemerintahan saat ini.
Saya mencoba untuk berpikir ke belakang sejenak mencari tahu tentang sejarah Amerika. Eramuslim Digest edisi koleksi 4 menyebutkan bahwa ketika Nabi Adam dan Hawa diperintahkan turun ke bumi maka iblis diam-diam juga mengikutinya sampai ke bumi dalam bentuk ular untuk mengajak para manusia ingkar terhadap Allah.
ketika Salahuddin Al Ayyubi membebaskan Yerusalem tahun 1187, orang-orang Yahudi zionis melarikan diri bersama para ksatria templar menuju Amerika dengan membantai orang-orang Indian Amerika terlebih dahulu. Mereka kemudian membangun Amerika. Banyak sekali simbol-simbol Kabbalah yang bertebaran di gedung maupun tata
Al Baqarah ayat 120 menyebutkan : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
Mohon maaf mungkin saya termasuk orang yang tidak tertarik sama sekali dengan permasalahan kecil seperti urusan dikotomi ahli bid’ah dan anti bid’ah seperti yang sedang marak akhir-akhir ini karena pada dasarnya kita semua termasuk dalam keduanya. Misalnya, saya akan bangga menjadi seorang akhli bid’ah ketika saya melihat film “Mohammed-The Messenger Of God” karangan Musthopa Akkad karena justru dari situ saya menjadi makin mengenal dan sangat rindu kepada Baginda Rosul, atau sinetron “Para Pencari Tuhan” yang menyebabkan saya makin memahami bagaimana menjadi muslim yang sarat dengan kedamaian, bukan kekerasan. Sebaliknya, saya akan secara tegas menjadi anti bid’ah ketika saya menolak ajakan dugem, karaokean dan perilaku hedonism lainnya. Kita harus selalu waspada bahwa perilaku ini adalah produk budaya barat yang bisa jadi salah satu strategi zionis untuk merusak moral orang Islam.
Satu lagi point yang menurut saya penting, menurut saya memperdebatkan tentang hal-hal yang dianggap bid’ah bagi sebagian orang seperti tahlilan, yasinan, ataupun baca kitab Al Barzanji hanya akan membuat kita seolah-olah menjadi sekumpulan katak dalam tempurung. Bagi yang mengamalkannya tentunya sudah pasti mempunyai pedoman yang kuat, sebaliknya bagi orang-orang yang anti dengan amalan tersebut mestinya merasa sudah punya alasan kuat. Jadi sebenarnya perdebatan itu sudah selesai dengan sendirinya karena masing-masing pihak sudah memiliki argumen. Kalau mau diteruskan, bahkan sampai kiamat lebih dua hari pun perdebatan itu tidak akan pernah selesai.
Mohon maaf saya tidak akan ikut-ikutan dalam perdebatan di dalam tempurung itu, saya lebih tertarik untuk mengingatkan anda untuk lebih jeli dan waspada terhadap kejahatan zionisme yang mungkin sudah benar-benar lebih siap dari yang kita duga. Mereka tidak akan pernah rela kalau islam ini menguasai seluruh dunia. Apapun akan dilakukan untuk membuat islam hancur termasuk dengan cara mengadu domba antar orang-orang islam sendiri.
Saya teringat pelajaran sejarah di sekolah dulu tentang bahwa kompeni belanda bisa menaklukkan daerah Aceh hanya dengan mengirimkan seorang Snouck Hurgronje. Snouck ini orang kristen tetapi sangat ahli tentang agama islam bahkan sampai hafal Al Qur’an. Dia dikirim ke Aceh untuk memecah belah persatuan ulama dan umat islam waktu itu. Mengingat sumber kekuatan pertahanan Aceh waktu itu terletak pada fatwa-fatwa ulama, satu jentikan fatwa jihad dari para ulama saja sudah membuat rakyat Aceh maju perang seperti layaknya singa lapar menerjang musuh untuk mencari syahid.
Terus terang saya khawatir dengan kondisi islam
Saya sebagai seorang muslim yang berangkat dari dunia akademisi malah menjadi heran ketika ada beberapa saudara kita yang fanatik sampai mengharamkan membaca kitab Al barzanji hanya karena dianggap bid’ah. Bagi seorang akademisi seperti saya, justru membaca buku-buku seperti biologi-Champbell, bukunya Harun Yahya, Majalah Tempo, Koran SoloPos, termasuk kitab al barzanji akan membuat kita menjadi cerdas karena dari situ wawasan keilmuan kita akan muncul terasah. Membaca kitab al barzanji seperti layaknya membaca sirah nabawiyah yang akan menjadikan saya lebih mengenal bagaimana sosok Baginda Rosul. Opini kita seolah-olah diputarbalikkan untuk selalu mengasumsikan bahwa membaca al barzanji adalah ibadah yang tidak ada pada jaman Nabi, padahal menurut saya itu lebih mirip buku bacaan yang bisa kita baca kapanpun saat kita rindu dengan sosok Baginda Rosul atau kita diskusikan tentang isinya. Akhirnya, dengan sendirinya tamatlah riwayat Baginda Rosul kalau asumsi kita sebagai umatnya saja sudah salah seperti itu.
Kita mungkin tidak sadar bahwa semua ini bisa jadi salah satu metode penenggelaman opini benar, pemunculan opini salah dan pengalihan opini publik yang telah dirancang sedemikian cermat oleh para musuh islam. Paradigma “asal beda” sudah sangat ngetrend di kalangan kita sendiri, khilafiyah bukan lagi dianggap sebagai suatu sunnatullah tapi hanya sekedar sebagai “pengidentitasan diri” dari masing-masing kelompok islam seperti tahlilan, yasinan, takbir dua atau tiga, pakai sayyidina atau tidak, celana diatas mata kaki, jilbab besar dan kecil, dan sebagainya. Saya yakin kita telah dibuat sibuk hanya mengurusi hal-hal hal kecil itu agar kita terlupakan untuk memikirkan masalah yang lebih besar yang siap mengancam umat islam.
Presiden
ARTIKEL LAINNYA :
1. PERBEDAAN ITU RAHMAT ?
2. FENOMENA MAJELIS ZIKIR
3. JANGAN MUDAH MENCELA SESAMA MUSLIM
4. SIMBOLIESME DALAM ADAT TINGKEPAN
5. TAHLILAN DI MAKAM GUS DUR
6. SHOLAT SEBAGAI MEDIA MI'RAJ