AHLAN WASAHLAN

Assalaamu'alaikum wr.wb.

Selamat datang dan bergabung bersama kami. Semoga keberkahan Allah SWT tercurahkan kepada kita semua.

REDAKSI

TIDAK SADAR PERBEDAAN

Dalam hal ikhtilaf yaitu perbedaan pendapat para pakar atau ulama berkaitan dengan masalah furu'iyah dalam hukum islam adalah sesuatu yang logis. Namun banyak orang yang menganggap bahwa pendapatnya yang benar sedang lainnya salah kemudian memperjuangkan dengan setengah memaksakan pendapat tersebut. Orang semacam ini pada dasarnya tidak menyadari, bahwa : 1. Kebenaran yang mereka perjuangkan itu adalah kebenaran menurut pendapatnya sendiri. 2. Kebenaran mutlak hanyalah milik Allah SWT. 3. Berani menyalahkan pendapat para ulama mujtahid mutlak yang sudah diakui oleh para ulama akan kapabilitasnya 4. Telah berani mengambil hak Allah. Padahal hanya Allah yang berhak menentukan mana yang benar mana yang salah 5. Hasil ijtihad para ulama pakar tetap diakui kebenarannya. Yang benar menurut Allah mendapat pahala 2 sedang yang lainnya akan mendapat 1 pahala 6. Membanarkan pendapat sendiri dan menyalahkan yang lain tidak baik bagi perkembangan kemajuan dan kekuatan islam secara keseluruhan. Terutama berkaitan dengan penguatan ukhuwwah islamiyah 7. Sejarah telah telah memberikan pelajaran yang banyak bagi umat islam. Bagaimana perpecahan dan pertikaian antar umat islam telah menghancurkan kekuatan islam 8. Umat islam mudah diadu domba karena kebiasaan saling menyalahkan

Senin, 24 Mei 2010

BENARKAH KAYA ITU MUDHARAT ?

Alkisah, suatu saat nanti didepan pintu surga, berdirilah seorang dosen, seorang dokter dan seorang ulama’. Ceritanya, mereka sedang ngantri masuk surga. Dulunya, selama di dunia si dosen telah mendidik banyak mahasiswa. Si dokter telah menyembuhkan banyak orang sakit. Si ulama’ telah membimbing banyak orang yang berdosa. Jadi, masing-masing menganggap dirinya yang paling berjasa, sehingga masing-masing merasa berhak untuk masuk surga duluan. Mereka pun rebutan.

Tahu-tahu datanglah pengusaha. Lantas, apa kata mereka? Kata si dosen,” Nah, ini dia pengusaha kita! Beliaulah yang membangun kampus, tempat saya mengajar.” Kata si dokter,” Beliau juga yang membangun klinik, tempat saya praktek.” Kata si ulama,” Beliau juga yang membangun tempat ibadah, tempat saya ceramah.” Akhirnya, mengingat jasa-jasa si pengusaha, maka baik si dosen, si dokter, maupun si ulama’, sepakat untuk mempersilakan si pengusaha masuk surga duluan….Hehehe! yah, cerita ini seratus persen fiktif. Ngasal aja. Tapi hikmahnya sangat jelas, pengusaha itu teramat besar jasanya. Nah, dengan menjadi pengusaha yang baik-baik, mudah-mudahan kita menjadi penghuni surga.

Bagaimana manjadi pengusaha yang baik-baik ?
- Mampu mempertanggung-jawabkan ‘dari mana’ kekayaan tersebut
- Mampu mempertanggung-jawabkan ‘ke mana ‘ kekayaan tersebut
- Tetap bersikap rendah hati, sederhana dan dermawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar