Menyebarkan Islam Rahmatan Lil 'Alamin, Islam penuh kedamaian, berfahamkan Ahlussunnah Wal Jama'ah
AHLAN WASAHLAN
Assalaamu'alaikum wr.wb.
Selamat datang dan bergabung bersama kami. Semoga keberkahan Allah SWT tercurahkan kepada kita semua.
REDAKSI
TIDAK SADAR PERBEDAAN
Dalam hal ikhtilaf yaitu perbedaan pendapat para pakar atau ulama berkaitan dengan masalah furu'iyah dalam hukum islam adalah sesuatu yang logis. Namun banyak orang yang menganggap bahwa pendapatnya yang benar sedang lainnya salah kemudian memperjuangkan dengan setengah memaksakan pendapat tersebut. Orang semacam ini pada dasarnya tidak menyadari, bahwa :
1. Kebenaran yang mereka perjuangkan itu adalah
kebenaran menurut pendapatnya sendiri.
2. Kebenaran mutlak hanyalah milik Allah SWT.
3. Berani menyalahkan pendapat para ulama mujtahid
mutlak yang sudah diakui oleh para ulama akan
kapabilitasnya
4. Telah berani mengambil hak Allah. Padahal hanya
Allah yang berhak menentukan mana yang benar mana
yang salah
5. Hasil ijtihad para ulama pakar tetap diakui
kebenarannya. Yang benar menurut Allah mendapat
pahala 2 sedang yang lainnya akan mendapat 1 pahala
6. Membanarkan pendapat sendiri dan menyalahkan yang
lain tidak baik bagi perkembangan kemajuan dan
kekuatan islam secara keseluruhan. Terutama
berkaitan dengan penguatan ukhuwwah islamiyah
7. Sejarah telah telah memberikan pelajaran yang
banyak bagi umat islam. Bagaimana perpecahan dan
pertikaian antar umat islam telah menghancurkan
kekuatan islam
8. Umat islam mudah diadu domba karena kebiasaan
saling menyalahkan
Terjadilah insiden pelemparan sepatu oleh wartawan stasiun TV di Irak ke arah presiden Amerika Serikat George W. Bush. Dunia jadi geger. Semua media menyajikannya sebagai berita utama. Tokoh-tokoh dunia berkomentar.
Mayoritas memberikan dukungan kepada sang wartawan. "Lemparan penghinaan itu adalah tanggapan balik terhadap invasi Amerika ke Irak." Dunia Arab kontan memberinya gelar pahlawan, meski belakangan wartawan ini babak belur.
Para tokoh di Indonesia pun tidak ketinggalan. Ada yang menyesalkan sikap wartawan yang emosional, tidak beretika. Namun umumnya memberikan acungan jempol kepada wartawan.
Tibalah saatnya dalam suatu forum politik para wartawan merangsek mendekati mantan presiden RI Gus Dur, meminta pendapatnya soal sepatu Bush.
"Gus Dur bagaimama pendapat anda tentang insiden pelemparan sepatu? Apakah itu termasuk bentuk kejengkelan warga Irak?"
"Apakah anda mendukung itu Gus?"
"Gus, apakah Bush pantas mendapatkan itu"
Gus Dur masih diam. Wartawan mulai tenang, menunggu kejutan.
"Ah wong nggak kena aja kog pada ribut," kata Gus Dur sambil lalu. Wartawan pun tertawa puas.
USAI LEBARAN Idul Fitri, kota metropolitan Jakarta kembali ramai orang. Jalan-jalan macet. Kendaraan umum berjubel.
Nah di satu bis susun di Jakarta para penumpangnya berdesak-desakan. Kondektur bis sebenarnya tak ingin menaikkan penumpang karena bis kelihatannya sudah keterlaluan muatannya. Namun apa boleh dikata, dia butuh kejar setoran.
Di sebuah perempatan, saat lampu merah menyala, seorang penumpang dengan tas berat berlari-lari menuju bis kota dan langsung menyeruak masuk ke dalam bis. Kelihatannya dia baru datang dari kampung halaman dan ingin mengadu nasib di Jakarta. Dia terus masuk dan siap berdesak-desakan dengan penumpang lainnya.
“Pak di sini penuh, Bapak ke atas aja mungkin masih longgar. Tasnya di sini aja aman,” kata kondektur.
Tanpa banyak bertanya penumpang tadi langsung naik ke atas namun tetap membawa tas beratnya itu.
Lampu perempatan menguning, lalu hijau dan bis berjalan perlahan. Penumpang tadi baru sampai di atas. Tiba-tiba dia terperanjak kaget dan langsung turun ke bawah, kembali berdesak-desakan.
“Hei kenapa turun? Ini lagi sesak, di atas saja?” kata kondektur agak marah.
“Anu Pak...! Di atas bisnya jalan sendiri, nggak ada supirnya,” kata penumpang tadi ketakutan.
Saat berada di sebuah kapal pesiar, presiden Indonesia (Gus Dur, pastinya), presiden AS dan perdana menteri Jepang saling memamerkan keberanian tentara masing-masing.
PresidenAS bilang tentaranya bisa mengelilingi kapal 10 kali tanpa berhenti, dan langsung dibuktikan, ternyata benar. Perdana Menteri Jepang malah bilang tentaranya bisa menglilingi kapal selama 25 kali.
Ia panggil salah seorang prajurit untuk terjun ke laut berenang mengelilingi kapal 25 kali dan... luar biasa, ternyata ia bisa.
Gus Dur hampir-hampir dipermalukan dalam perdebatan itu. PrajuritAS dan Jepang benar-benar pemberani. Untung Gus Dur segera punya ide. Dipangilnya seorang angota Banser NU yang kebetulan diajak.
"Ini bapak-bapak, dia seorang anggota Banser NU. Dia bukan tentara, dan tidak pernah mengikuti latihan militer resmi. Dia akan saya suruh berenang 100 kali," kata Gus Dur sambil menepuk-nepuk pundak anggota Banser. PresidenAS dan perdana menteri Jepang melongo.
"Ayo sekarang kamu nyebur ke laut dan berenang keliling kapal sampai seratus kali," kata Gus Dur kepada anggota Benser tadi dengan penuh percaya diri.
"Mana mungkin Gus, saya masak disuruh berenang mengelilingi kapal sebesar ini, saya tidak mau Gus," kata anggota Banser.
"Ya sudah kalau begitu kamu balik ke tempat," kata Gus Dur dan angota Banser tadi balik ke tempatnya semula.
Gus Dur lalu mendekati dua pimpinan negara adidaya itu. "Tuh kanbapak-bapak, sekarang tentara siapa yang lebih berani coba? Pasti lebih berani tentara saya. Lha wong perintah presidennya aja tidak dipatuhi??" kata Gus Dur sambil menepuk-nepukkan tangan kanan ke pahanya.
Mantan Menristek Habibi merupakan menteri yang paling gigih mengembangkan sumberdaya manusia (SDM) sehingga kemanapun ia selalu mengingatkan semua kalangan akan pentingnya pengembangan SDM itu untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju terutama bidang teknologinya.
.
Ketika berkunjung ke sebuah pesantren di Jawa Timur, Habibi kembali mengingatkan pentingnya pengembangan SDM, dan istilah itu disebut berkali-kali tanpa memberitahu apa pengertian SDM itu.
Ketika dibuka dialog salah seorang ustadz mengangkat tangan mengajukan usul, “Pak Menteri sejak tadi Bapak mendorong perkembangan SDM, padahal di sini mayoritas yang ada adalah SDNU yang dibangun oleh orang NU, sehingga yang perlu dibangun SDNU bukan SDM sebab SD Muhammadiyah di sini cuma sedikit,” usulnya dengan lugu.
Tanpa mau pusing, Habibi langsung menjawab, “Ya..ya..ya.. nanti baik SDM NU dan SDM Muhammadiyah juga sama-sama dikembangkan”.
BERHADIAH AKSESORIES YANG MASIH TERKAIT DENGAN PRODUK / JASA YANG DIJUAL
Contoh :
Handphone berhadiah sarungnya, software, tali gantungan.
Mobil berhadiah TV mobil, jok kulit, tirai
BERHADIAH PRODUK ATAU JASA SEJENIS YANG TERKAIT DENGAN PRODUK / JASA YANG DIJUAL
Contoh :
Beli piring berhadiah mangkok
Beli sepatu berhadiah sandal
BERHADIAH PRODUK / JASAYANG TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN PRODUK / JASA YANG DIJUAL
Contoh :
Beli emas 2 gr berhadiah paying
Buka kartu ATM berhadiah Mug, jam dinding.
MELAKUKAN UNDIAN BERHADIAH
Contoh :
Gebyar BCA
Beli Mobil diundi Mobil
Kunci dalam memberi hadiah adalah mencari hadiah yang mahal / kesannya mahal padahal barang atau produk yang dibeli dengan harga murah / gratis ( karena dibeli atau didapat dari grosir/pabriknya/sponsor)
Contoh :
FIF cabang Surabaya me-launching iklan judulnya yang pertama :” Cukup Rp. 200.000 anda bisa bawa pulang sepeda motor Honda.” Yang kedua :” Cukup Rp. 300.000 anda bisa bawa pulang sepeda motor Honda plus meja belajar senilai Rp. 450.000.”
Mana menurut anda yang lebih menarik ?
Betul, secara umum orang menjawab yang kedua yang lebih menarik. Kenyataannya walaupun pada waktu itu penjualan sepeda motor Honda sedang mengalami penurunan sekitar 30%, FIF Surabaya mengalami kenaikan hampir 100%.
Pertanyaan ,” apa tidak rugi ?” Jawabannya “ Tidak “ karena harga meja belajar tersebut di pabriknya sekitar Rp. 100.000. Harga ritel meja itu memang sekitar Rp. 450.000.
Coba gratis sebelum beli, “ Bawa pulang beberapa produk pakai mana saja yang sekiranya menarik, Beli yang suka, kembalikan yang tidak suka, tidak perlu bayar walaupun sudah dipakai/sudah dipakai sebagian”.
FREE SAMPLE
Gratis produk atau jasa dalam ukuran kecil, gratis produk atau jasa dalam ukuran normal
YANG MENJUAL BISA DIPERCAYA
Penampilan, Gelar / Jabatan, Catatan prestasi, Terkait dengan nama besar, Edifikasi ( ada orang yang ngomomg baik tentang kita ), Belajar ilmu sales
TUNJUKKAN HASIL
Sebelum ….stelah pakai……, Demo, Buktikan hasil dengan studi kasus
BAYAR BERDASARKAN HASIL
Bayar bila mencapai target tertentu gratis bila tidak
FREE SUPPORT
Dikirim ahli produk atau jasa sampai bisa pakai, mendapat training gratis untuk follow up
FREE PEMASANGAN
Tinggal bayar, barang kita antar & kita pasang
TESTIMONI
Testimoni ini membuat orang jauh lebih percaya apalagi kalau orang yang memberi testimony adalah orang yang mempunyai jabatan atau tokoh terkenal
MENGELOLA SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN
1) PRINSIP UTAMA : MENGELOLA DENGAN HATI Mesin digerakkan oleh sumber tenaga penggerak seperti bahan bakar atau listrik. Tetapi manusia tidak bisa digerakkan hanya dengan sumber tenaga manusia seperti makanan saja. Untuk menggerakkan manusia itu dibutuhkan pikiran dan perasaan orang itu. 2) MENANAMKAN RASA MEMILIKI - Menanamkan rasa memiliki kita terhadap karyawan - Mewujudkan perasaan aman dan nyaman bagi karyawan kita dalam bekerja 3) MEMBUAT SARANA PENGELOLAAN KARYAWAN Beberapa sarana pengelolaan yang harus kita persiapkan, antara lain : a. Visi dan misi usaha b. Struktur organisasi bisnis yang lengkap c. Deskripsi pekerjaan karyawan yang jelas d. Peraturan perusahaan yang dinamis e. Peraturan disiplin karyawan yang tegas f. Kontrak kerja karyawan g. Sistem penghargaan dan hukuman h. Sistem promosi dan demosi yang obyektif i. Sistem regenerasi dan kaderisasi karyawan j. Sistem gaji dan kesejahteraan karyawan k. Standart Operating Procedure (Prosedur Standar Operasi) 4) MENGIMPLEMENTASIKAN SARANA PENGELOLAAN SDM Agar sebuah program mampu menuai kesuksesan, maka langkah-2 penerapannya : - Sosialisasi program yang cukup - Implementasi secara bertahap - Penyesuaian dengan tujuan akhir pertumbuhan atau perkembangan 5) MENGAWASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN SDM 6) MELAKUKAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PENGELOLAAN SDM 7) MENGEMBANGKAN SDM
BAGAIMANA MENJUAL PRODUK DAN JASA ANDA DALAM 3 DETIK / KURANG ?
Yaitu bila Tagline anda ( kalimat yang selalu menempel dibawah judul produk / jasa Anda ) merupakan sebuah kalimat Penawaran yang sangat menarik dan bisa dipercaya, sehingga menjadi identitas perusahaan, barang / jasa anda.
ELEMEN DARI TAGLINE
Tagline adalah kalimat atau pernyataan yang berisi sebanyak mungkin :
a.Ini yang saya jual
b.Kenapaanda harus percaya kepada saya
c.Ini untungnya buat anda
Tagline yang membuat anda mampu menjual produk dan jasa anda dalam 3 detik atau kurang yaitu Tagline yang mengandung Irresistible Sensational Offer ( ISO ).
Apakah Irresistible Sensational Offer (ISO) itu ?
ISO adalah pusat penawaran ( yang tidak bisa ditolak ) dari identitas, produk, jasa atau perusahaan dimana return of investmen (ROI)-nya bisa dipercaya, yang dikomunikasikan begitu jelas dan efisien sehingga kita tampak bodoh bila melewatkan penawaran ini.
Apa yang tidak termasuk ISO ?
a.ISO bukanlah special Offer (ada batas waktunya). ISO berupa tagline yang berlaku untuk hari inidan seterrusnya (sepanjang waktu, tidak ada batasan waktunya)
b.Bukan pernyataan dari kenyataan
Misanya, “ Nyonya Menir sudah berdiri sejak 1908 “
c.Bukan Benefit
Misalnya ,” Irex Max, hadiah buat istri “
d.Bukan USP ( Uniqe Selling Proposition )
Conto ISO :
“ Sakit kepala hilang dan anda terasa baik dalam 10 menit atau uang anda kembali “
Ini merupakan ISO contoh dari Mark Joyner.
Tagline sebuah ISO yang kita buat belum tentu menampakkan hasil seketika itu juga. Kita sebaiknya harus selalu melakukan tes dan monitoring untuk mengetahui efektivitasnya. Lakukan tes dengan anggaran yang kecil dulu.
Peternakan uang adalah investasi yang hasilnya cukup untuk membiayai gaya hidup kita. Investasi ini bisa berupa bisnis yang menghasilkan dengan atau tanpa kita. Juga bisa berupa royalty atas hak cipta, rumah yang dikontrakkan atau disewakan sebagai tempat kos, saham-saham yang menghasilkan deviden, rumah wallet dan lain sebagainya. Ada tiga prinsip untuk membangun peternakan uang :
1.Tunda Kesenangan
Prinsip menunda kesenangan ini bisa kita lakukan dengan 3 hal : pertama, menunggu sampai kita mempunyai passive income yang cukup untuk membayar atau mencicil barang-barang konsumtif kita. Kedua, menunggu sampai kita mempunyai uang minimal 10 kali lebih besar daripada harga barang mewah yang kita inginkan, dan baru kemudian kita membeli barang mewah tersebut. Ketiga, menurunkan kesenangan.
2.Alokasi Aset
Untuk membangun peternakan uang , kita bisa melakukannya dengan mengikuti system alokasi asset kita. Caranya :
a. Sediakan sekian persen dari pendapatan atau income kita, masukkan uang
tersebut kedalam investasi yang aman termasuk untuk beramal
b. Sediakan sekian persen dari pendapatan kita dan masukkan uang tersebut
kedalam cadangan minimal 5 – 6 bulan biaya hidup. Setelah mencapai 5 –
6 bulan biaya hidup gunakan sekian persen dari pendapatan kita dan
masukkan uang tersebut kedalam investasi yang tumbuh.
c. Sisanya silahkan dihabiskan.
Alokasi asset tergantung pada besarnya pendapatan, pengeluaran, dan tekad untuk segera merdeka secara keuangan. Semakin besar tekad kita untuk secepatnya merdeka secara keuangan, kita akan semakin menekan pengeluaran, menaikkan income dan menginvestasikan selisihnya ke dalam investasi yang aman dan tumbuh.
3.Alokasi Kesenangan
Ada 2 tipe orang yang salah sikapnya terhadap uang dan kesenangan. Tipe pertama, mereka begitu borosnya menikmati kesenangan hidup dan mengadaikan masa depan mereka dengan prinsip nikmati sekarang bayar belakangan, atau nikmati sekarang cicil belakangan, sehingga hidup mereka tidak pernah selesai membayar utang.
Tipe kedua, mereka begitu ngirit, pelit sampai melilit dan tidak pernah menikmati kesenangan hidup. Walaupun kaya, orang seperti ini tidak pernah menikmati kekayaan mereka sampai mati. Sebenarnya orang seperti ini samasaja dengan orang miskin, karena memang tidak pernah menikmati kekayaan mereka.
ENAM USAHA MARKETING REVOLUTION 1. Mempebanyak Lead ( Calon Pembeli) 2. Mengubah calon konsumen menjadi konsumen 3. Memperbanyak pembelian per konsumen 4. Mempersering pembelian per konsumen 5. Memperbanyak konsumen memberi referensi 6. Meningkatkan margin
CARA MEMPERBANYAK LEAD ( CALON KONSUMEN) Bagaimana cara memperbanyak calon pembeli? Jika calon konsumennya lebih banyak, kemungkinan untuk terjadinya penutupan penjualan tentu jauh lebih banyak pula. Kebanyakan orang yang bergerak dalam marketing salah dalam memperkirakan, yakni mereka punya pola pikir untuk langsung mendapat konsumen. Kalau saya memberi contoh sebagai perbandingan : lebih enak mana antara memancing di sembarangan kolam entah ada ikannya atau tidak dan memancing disuatu kolam penuh ikan dengan ikan-ikan baru yang lapar? Tentulah kita akan memilih yang kedua, yakni kolam yand penuh ikan yang lapar. Kita harus selalu mengukur dengan teratur tingkat efektivitas semua bentuk aktivitas pemasaran kita agar dapat mengetahui dengan lebih mudah aktivitas mana yang efektif dan mana yang tidak. Dengan cara itu, kita dapat mengantisipasi kerugian sedini mungkin. Jadi, hal pertama yang harus kita lakukan adalah memperbanyak calon konsumen dengan menjaring mereka yang sudah punya minat. Caranya, menciptakan dan menyampaikan Penawaran yang sangat menarik.
MENGBAH CALON KONSUMEN MENJADI KONSUMEN Setelah calon konsumen yang merespon atau dating bartambah banyak, kita harus mampu mengubah calon konsumen menjadi konsumen dan memperbesar jumlahnya. Hal itu dapat dilakukan diantaranya dengan : a. Garansi - Temukan apa yang sangat diingini konsumen, kemudian beri jaminan bahwa anda akan memberikan garansi - Tulis garansinya disemua advertising dan semua brosur sebagai selling point b. Testimonial Berusaha mencari testimony seorang tokoh atau pejabat yang terkenal c. Demonstrasi Harus dilakukan dengan persiapan yang matang c. Penawaran yang sensational d. Tunjukkan Piagam Penghargaan dan Pila kemenangan e. Display Desain dan kata-katanya harus sensational f. Terima segala jenis pembayaran g. Berikan pesaing kepada calon pembeli ( waktu mau jual minimal yang beli dua, waktu mau beli minimal yang jual dua ) Sumber : Marketing Revolution
Menanggapi pertanyaan pembaca berkaitan dengan Tahlilan :
Terlebih dulu perlu diketahui dan dipahami bahwa tidak semua perbuatan yang tidak dikerjakan pada masa Rosulullah saw itu dilarang. Fakta sudah berbicara bahwa ada banyak hal yang tidak ada dimasa Rosulullah saw, tetapi dikerjakan oleh para sahabat dan tabi’in kemudian diyakini oleh umat Islam sebagai suatu kebenaran. Misalnya pelaksanaan sholat tarwih berjamaah sebulan penuh, mendirikan sholat jum’at lebih dari dua tempat dalam satu desa, mengumpulkan al-Qur’an dalam satu mushaf, adzan pertama pada hari jum’at dan lain sebagainya. Semua perbuatan tersebut tidak pernah dilakukan pada masa Nabi Muhammad saw namun dilakukan oleh generasi setelah nabi saw karena memang tidak bertentangan dengan prinsip dan inti ajaran Islam.
Maka demikian pula dengan tradisi berkumpul untuk tahlilan yang telah diamalkan secara turun temurun oleh mayoritas umat Islam di Indonesia. Meskipun tidak pernah dilakukan pada masa Rosulullah saw, namun perkumpulan untuk tahlilan tersebut dibolehkan karena tidak satupun unsur-unsur yang terdapat didalamnya bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan secara esensial merupakan aplikasi anjuran dan tuntunan Nabi Muhammad saw. Al-Syaukani (penyusun kitab Nail Al-Awthar) mengatakan :
“ Kebiasaan disebagian Negara mengenai perkumpulan atau pertemuan di Masjid, rumah, di atas kubur, untuk membaca Al-Qur’an yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang telah meninggal dunia, tidak diragukan lagi hukumnya boleh (Jaiz) jika didalamnya tidak terdapat kemaksiatan dan kemungkaran, meskipun tidak ada penjelasan (secara dzahir) dari syari’at. Kegiatan melaksanakan perkumpulan itu pada dasarnya bukanlah sesuatu yang haram (muharram fi nafsih), apalagi didalamnya diisi dengan kegiatan yang dapat menghasilkan ibadah seperti membaca Al-Qur’an atau lainnya. Dan tidaklah tercela menghadiahkan pahala membaca Al-Qur’an atau lainnya kepada orang yang telah meninggal dunia. Bahkan ada beberapa jenis bacaan yang didasarkan pada hadits Shohih seperti "bacalah surat yasin kepada orang mati diantara kalian ". Tidak ada bedanya apakah pembacaan surat yasin tersebut dilakukan bersama-sama didekat mayit atau dikuburnya, dan membaca Al-Qur’an secara keseluruhan atau sebagian, baik dilakukan di Masjid atau dirumah.” ( Al-Rasail al-Salafiah,46 )
Selanjutnya Beliau (Al-Syaukani) mengatakan :
“ Para sahabat juga mengadakan perkumpulan dirumah-rumah mereka atau di Masjid, melagukan syair, mendiskusikan Hadits, kemudian mereka makan dan minum padahal ditengah mereka ada Nabi saw. Maka siapa saja yang mengharamkan perkumpulan yang di dalamnya tidak terdapat kemaksiatan, maka sungguh ia telah salah. Karena sesungguhnya bid’ah itu adalah sesuatu yang dibuat-buat dalam masalah agama, sedangkan perkumpulan semacam ini tidak tergolong bid’ah.” (Al-Rasail Al-Salafiyah, 46)
Kesimpulan Al-Syaukani ini memang didukung oleh banyak hadits Nabi saw. Diantaranya adalah sabda Nabi saw :” Dari Said Al-Khudri ra, ia berkata, Rosulullah saw bersabda,” Tidaklah berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah swt, kecuali mereka akan dikelilingi malaikat. Dan Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka, memberikan ketenangan hati dan memujinya di hadapan makhluq yang ada di sisi-Nya.” (Shahih Muslim, 4868)
Kaitannya dengan pendapat Imam Syafi’I ra. :
“ Dan aku tidak senang pada “ma’tam” yakni adanya perkumpulan, karena itu akan mendatangkan kesusahan dan menambah beban.” (Al-Umm, juz I hal 318)
Perkataan Imam Syafi’i ra ini sering dijadikan dasar melarang acara tahlilan, karena dianggap sebagai salah satu bentuk ma’tam yang dilarang tersebut. Padahal apa yang dimaksud dengan ma’tam itu tidak sama dengan tahlilan. Ma’tam adalah perkumpulan untuk meratapi mayit yang dapat menambah kesusahan dan kesedihan keluarga yang ditinggalkan. Dalam kamus Al-Munjid dijelaskan : “ Yang dimaksud ma’tam adalah kumpulan orang yang biasanya semakin menambah kesedihan.” (al-Munjid,2)
Ma’tam inilah yang tidak disenangi oleh Imam Syafi’i ra karena hal itu adalah tradisi jahiliyah yang mencerminkan kesedihan yang mendalam karena adanya orang yang meninggal dunia. Seolah-olah tidak terima dengan apa yang telah diputuskan oleh Allah swt. Dan itu sama sekali tidak terjadi bagi orang yang melakukan tahlilan yang didalamnya terdapat Dzikir sehingga lebih tepat jika tahlilan itu disebut sebagai Majlis Al-Dzikr. Disamping itu, bagi masyarakat, tahlilan itu merupakan pelipur lara dan penghapus duka karena ditinggal mati oleh orang yang mereka sayangi, bukan menambah kesusahan dan derita. Buktinya adalah semakin semakin banyak orang yang tahlil, maka tuan rumah semakin senang. Justru tuan rumah akan kecewa dan tambah bersedih jika yang datang untuk tahlilan sangat sedikit, apalagi tidak ada sama sekali.
Mengenai masalah mendoakan serta menghadiahkan pahala kepada orang yang meningal dunia, mayoritas ulama menyatakan bahwa hadiah pahala itu akan sampai kepada yang dimaksud. Sebagaimana pendapat Ibn Taimiyyah :
“ Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah mengatakan dalam kitab Fatawanya bahwa pendapat yang benar dan sesuai dengan kesepakatan para imam adalah bahwa mayit dapat memperoleh manfaat dari semua ibadah, baik ibadah badaniyah seperti sholat, puasa, membaca al-Qur’an ataupun ibadah maliyah seperti sedekah dal lain-lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk orang yang berdoa dan membaca istighfar untuk mayit.” (Hukm al-Syari’ah al-Islamiyahm fi Ma’tam al- Arbain, 36)
Memang ada riwayat bahwa Imam Syafi’i ra berpendapat bahwa hadiah pahala itu tidak akan sampai kepada orang yang telah meninggal dunia. Namun hal itu jika tidak dibaca di depan mayit atau tidak didoakan setelahnya. Imam Zakaria Al-Anshari salah seorang tokoh utama dalam madzhab Syafi’I menyatakan :
“ Sesungguhnya pendapat yang masyhur dalam madzhab Syafi’iyyah mengenai pembacaan Al-Qur’an adalah apabila tidak dibaca di hadapan mayit serta pahalanya tidak diniatkan sebagai hadiah atau berniat tetapi tidak membaca doa sesudah bacaan al-qur’an tersebut.”( Hukum Al-syari’ah Islamiyah fi ma’tam al-arbain, 43)
Kesimpulan ini dimunculkan karena ternyata Imam Syafi’i ra. pernah berziarah ke makam Layt bin Sa’d kemudian beliau membaca Al-Qur’an. “ Sudah populer diketahui banyak orang bahwa Imam Syafi’I berziarah ke makam Laits bin Sa’d. Beliau memujinya dan membaca al-Qur’an sekali hatam. Lalu beliau berkata,” saya berharap semoga perbuatan seperti ini ( membaca al-Qur’an di depan makam Imam Al-Layts) tetap berlanjut dan senantiasa dilakukan.” ( Al-Dakhirah al-Tsaminah,64)
Dalam kesempatan lain Imam Syafi’I ra menyatakan : “ Disunnahkan membaca sebagian ayat al-Qur’an didekat mayit, dan lebih baik lagi jika mereka (pelayat) membaca al-Qur’an sampai Khatam.” (Dalil Al-Falihin, juz VI, hal 103)
Karena itu, Imam Nawawi menganjurkan membaca doa setelah pembacaan Al-Qur’an atau Dzikir. Dalam kitab Al-Azkar beliau menyatakan :
“ Sebaiknya orang yang membaca Al-Qur’an atau Dzikir (untuk orang yang meninggal dunia) itu berdoa,” Ya Allah sampaikan pahala apa yang aku baca ini kepada si Fulan.” (Al-Adzkar, 150)
Sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Imam Syafi’I ra di makam Layt bin Sa’d, sekligus mengukuhkan kebenaran perbuatan Imam Syafi’I tersebut, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengutip sebuah hadits yang menjelaskan tentang tatacara melakukan ziarah kubur, yang menegaskan bahwa pahala bacaan tersebut bermanfaat kepada si mayit, juga kepada orang yang membacanya, “ al-Zanjani meriwayatkan sebuah hadits marfu’ riwayat Abu Huarairah, “Barang siapa memasuki komplek pemakaman, lalu membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, al-Hakumutakasur, kemudian berdoa,” Aku menghadiahkan pahala apa yang aku baca dari firman-MU kepada ahli kubur muslimin dan muslimat, maka semua ahli kubur itu akan membantu ia dihadapan Allah swt di hari kiamat.” Dan Abdul Aziz murid Imam al-Khallal meriwayatkan sebuah hadits marfu’ dari anas,” Barang siapa yang masuk pemakaman, kemudian membaca surat yasin, maka Allah swt akan meringankan dosa-dosa ahli kubur itu dan ia akan mendapat kebaikan sebanyak ahli kubur yang ada ditempat itu.” (Ahkam Tamanni al-Maut li al-syaikh Muhammad bin Abdul wahhab, 75)
Berkaitan dengan Q.S An-Najm, 39 yang menyatakan,” Dan bahwa seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” Ibn Qayyim al-Jauziyah mengutip pendapat Abi al-Wafa’ Ibn Aqil menjelaskan : “ Jawaban yang paling baik (tentang QS Al-Najm, 39) menurut saya, bahwa manusia dengan usahanya sendiri dan juga karena pergaulannya yang baik dengan orang lain, ia akan memperoleh banyak teman, melahirkan keturunan, menikahi perempuan, berbuat baik serta menyintai sesama. Maka semua teman, keturunannya dan keluarganya tentu akan menyayanginya kemudian menghadiahkan pahala ibadahnya (ketika telah meninggal). Maka hal itu pada hakekatnya merupakan hasil usahanya sendiri.” (Al-Ruh, 143)
Demikian, sebenarnya masih banyak keterangan-keterangan yang bisa kami berikan namun mengingat keterbatasan tempat mudah-mudahan sedikit ini dapat memberikan pengertian dan bermanfaat bagi kita semua.
MENJAWAB PERTANYAAN BERKAITAN DENGAN KATA “SAYYIDINA" (JUNJUNGAN KITA) SEBELUM MENGUCAPKAN NAMA NABI KITA MUHAMMAD SAW BAIK KETIKA SHOLAT MAUPUN DILUAR SHOLAT
Menurut Syeikh Hasan Ali As-Saqqof Al-Qurasyi Al-Hasyimi (Nasab sampai ke Rosulullah saw) dalam kitabnya berjudul “ Shahih Shifat Sholat An-Nabiy Min Takbir Ila At-Taslim Ka’annaka Tanzhur Ilaiha “
Dalam mambaca shalawat kepada Nabi saw dalam tahiyyat disunnahkan menggunakan kata “ Sayyidina “ sebelum menyebut nama Nabi kita Muhammad saw. Riwayat yang beredar dibanyak orang “ La tusayyiduni (janganlah kamu mengucap sayyid kepadaku)” merupakan hadits maudhu’ lagi dusta. Ia bukan hadits. Menurut As-Sakhawi dalam Al-Maqashidul Hasanah (hlm.463 no. 1292) bahwa ia tidak ada asal usulnya. Al-Hamid Al-Husaini dalam buku “Keagungan Hari Jum’at” menjelaskan,”didalam bahasa arab Tidak Ada Kata “sayyada-yusayyidu” yang ada adalah “sawwada-yusawwidu”, yang berarti membuat orang menjadi sayyid. Mustahil Rosulullah saw menggunakan kata “yusayyidu atau tusayyiduni”… Tidak ada sumber yang meriwayatkan “hadits” seperti tersebut diatas, kecuali riwayat yang sengaja dibuat-buat untuk dijadikan dalih (alasan palsu). Beliau memang tidak pernah minta kepada seorang sahabatpun supaya menyebut nama Beliau dengan awalan “Sayyid”. Barangkali tidak ada di dunia ini orang yang menuntut orang lain menyebut namanya dengan kata “Tuan”, “Junjungan”, “Yang Mulia”, “Paduka Yang Mulia” dan sebagainya. Tuntutan seperti itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang tidak waras. Akan tetapi kaum Muslimin sebagai umat yang sangat “berhutang budi” kepada Beliau sebagai Nabi dan Rosul yang menyelamatkan hidup kita dari kesesatan aqidah, sepatutnyalah kita menghormati beliau setinggi-tingginya. Tidaklah berlebihan jika kita menyebut nama Beliau dengan awalan “Sayyidina” (Junjungan Kita). Penulis berkata : Jika ada yang bertanya, mengapa kalian menambahkannya ketika tahiyyat padahal Nabi tidak mencontohkannya? Jawabannya adalah, itu tidak mengapa. Karena Sunnah itu tidak diambil hanya dari perbuatan Rosul saja tetapi juga dari ucapannya. Dalilnya adalah kata-kata Sayyid telah diberikan kepada Rosul dalam sejumlah hadits shahih pada Al-Bukhari dan Muslim. Para sahabat telah memanggil Beliau dengan kata-kata Sayyid dan Ibnu mas’ud telah memakainya dalam redaksi sholawat. Menggunakannya tidak mengapa sebagaimana Ibnu Umar telah menambahkan kata-kata “Wahdahu la syarikalahu” dalam tahiyyat, begitu juga yang lainnya. Dalam Fathul Bari’ dengan berargumentasi dengan hadits yang lalu pada komentar yang lalu pada Al-Bukhari (2:284) hlm.287 Ibnu Hajar berkata,” Hadits ini dijadikan dalil atas bolehnya dalam shalat membuat (membaca) dzikir bukan ma’tsur selama tidak menyalahi yang ma’tsur. Dan menambahkan kata-kata “Sayyidina” merupakan adab terhadap Rosul saw. Allah SWT telah berfirman,” Maka orang-orang yang beriman kepadanya, mengagungkan dan menolongnya serta yang mengikuti cahaya yang diturunkan bersamanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Dalam kamus Al-Muhith dan lainnya kata ta’zir seperti didalam ayat maknanya adalah mengagungkan. Maka menggunakan kata “Sayyid” selain ada dalam sunnah, juga sesuai dengan Al-Qur’an. Sekelompok kaum berdalil atas hal itu bahwa beradab lebih baik dari sekedar ikut. Ini adalah argumentasi yang baik. Dalil-dalilnya ada dalam shaihi Bukhari dan muslim, diantaranya ucapan Rosulullah saw kepada Ali,” Hapuslah kata-kata Rosulullah”. Ali menukas,” Tidak, Wallahi, saya tidak akan menghapusnya” (Al-Bukhari dibeberapa tempat [7:499] Fathul Bari’ dan Muslim [2:1409]. Juga ucapan Beliau kepada Abu Bakar,” Mengapa engkau ragu saat aku menyuruhmu?” Abu Bakar menjawab.” Tidak patut bagi putra Abu Quhafah untuk shalat dihadapan Rosul (menjadi imam)”(Al-Bukhari [2:197], Muslim [1:3161]. Disini bukan tempatnya untuk memperpanjang menyampaikan argumentasi tentang masalah ini. Cukupbagi penulis menyampaikan beberapa hadits saja dan ayat yang menyebutkan kata “Sayyid”, yaitu : a) Firman Allah,” Janganlah kamu jadikan panggilan Rosul diantara kamu seperti panggilan sebagaian kamu kepada sebagian yang lain”. (QS. n-Nur:63) b) Firman Allah tentang Sayyidina Yahya As, “…. Menjadi Sayyid (ikutan), menahan diri (dari epngaruh hawa nafsu) dan seorang nabi lagi keturunan dari orang-orang sholeh”. (QS. Ali Imran : 39) c) Hadits riwayat Bukhari [8:395] dan Muslim [1:186] serta yang lainnya,” Aku adalah Sayyid semua manusia “. d) Sahl bin Hunaif bertutur kepada Nabi saw,” Wahai sayyidku, ruqyah itu baik …”(HR. Ahmad [3:486], Al-Hakim dalam Al-Mustadrak [4:413] dan lainnya merupakan hadits shahih. e) Umar pernah mengatakan,” Abu Bakar adalah Sayyidku dan telah memerdekakan sayyid kami.” (Bukhari [7:99]) maksud kalimat “memerdekakan sayyid kami” ad alah memerdekakan Bilal RA. e) Dalam Bukhari [5:306] Rosulullah saw menggambarkan cucunya, Husein RA,” Anakku adalah Sayyid”. f) Abu Kastir, seorang tabi’in berujar,” Aku pernah bersama sayyidku Ali bin Abu Thalib.” (HR. Humaidi [1:31])
Nash-nash ini seluruhnya menetapkan kata-kata “Sayyid”, khususnya kepada Nabi saw, terutama ucapan Beliau yang berbunyi ,” Aku adalah sayyid semua manusia” adalah riwayat mutawattir. Maka pendapat bahwa menyebut sayyid kepada Nabi saw tidak boleh, baik dalam shalat maupun diluar sholat dengan alasan hal itu pengkultusan yang tercela, maka itu pendapat tidaklah tepat. Lihat Siyar A’lam An-Nubala [10:464]. Al-Hafidz As-Sakhawi dalam Al-Qaulul Badi’ [hlm.108] berkata,” Saya telah membaca seorang peneliti yang keterangannya saya ambil, ia mengatakan,” Beradab terhadap orang yang disebut adalah diperintahkan dalam syara’ dengan menyebut kata-kata “sayyid”. Dalam shahih Bukhari dan Muslim disebutkan,” Berdirilah kamu pada sayyidmu”, maksudnya Sa’ad bin Muazd RA.kehormatannya itu karena ilmu dan agama. Ucapan orang yang sholat,” Allahumma Shalli ‘ala sayyidina Muhammad” berarti kepatuhan terhadap perintah dan merupakan tambahan berita tentang kenyataan yang merupakan bentuk adab. Ia lebih afdhal daripada ditinggalkan, berdasarkan hadits-hadits yang lalu. Maksud ucapak As-Sakhawi “ seorang peneliti yang keterangannya saya ambil” adalah Ibnu Hajar. Karena kitab-kitab Ibnu Hajar, tulisan tangannya ada pada As-Sakhawi seperti dikemukakan oleh As-Suyuthi dalam kitabnya Al-Hawi. As-Sakhawi tidak menyebutkan namanya secara tegas karena As-Suyuthi mengakuinya. Ini semua dengan dalil-dalil yang tidak sedikit meruntuhkan pendapat yang menentang penggunaan kata sayyid.
Pertanyaan : hukumnya bersalaman atau berjabatan tangan setelah selesai melaksanakan sholat lima waktu berjamaah dan apa landasan amaliahnya ?
Pada dasarnya bersalaman antar sesama muslim memang sangat dianjurkan oleh Nabi SAW. Hal ini dimaksudkan agar persaudaraan Islam semakin kuat dan persatuan umat Islam semakin kokoh. Salah satu bentuknya adalah anjuran untuk bersalaman apabila bertemu. Sebagaimana sabda Rosulullah SAW :
“ Tidaklah dua orang Islam bertemu, kemudian keduanya bersalaman, kecuali diampuni dosanya sbelum mereka berpisah.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dalam hadits lain Rosululla SAW juga pernah bersabda :
“ Hendaknya engkau suka bersalaman, karena bersalaman itu dapat menghilangkan tipu daya (rasa dendam) dalam hati.”
Berdasarkan hadits diatas dan berpijak tidak terbatasnya bersalaman diantara kaum muslim maka ulama’ Syafi’iyah diantaranya Imam Al-Nawawi menganggap bahwa besalaman setelah sholat adalah perbuatan yang baik untuk dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam kitabnya Fatawi al-Imam al-Nawawi hal. 61,” (Soal) Apakah besalaman setelah sholat Ashar dan Shubuh memiliki keutamaan ataukah tidak ?(Jawab) Bersalaman itu sunnah dilakukan ketika bertemu. Adapun orang-orang yang membiasakan diri melakukakannya setelahdua sholat itu maka dianggap bid’ah mubahah (Boleh atau mubah). (Pendapat yang dipilih), sesungguhnya kalau seseorang sudah berkumpul dan bertemu sebelum sholat, maka bersalaman tersebut adalah bid'ah mubahah sebagaimana diatas. Tapi jika sebelumnya belum bertemu maka sunnah (bersalaman). Karena ketika itu (dianggap) baru bertemu.”
Dalam kitab Bughyah al-Mustarsyidin, hal. 50-51 juga dijelaskan, “ Bersalaman tersebut termasuk bid’ah mubahah dan Imam Nawawi menganggapnya sesuatu yang baik. Tapi hendaknya diperinci antara orang yang sebelum sholat sudah bertemu, maka salaman itu hukumnya mubah (boleh). Dan jika sebelumnya tidak bersama (tidak bertemu), maka dianjurkan untuk bersalaman setelah salam. Karena bersalaman itu disunnahkan ketika bertemu.”
Dan juga dalam kitab al-Futuhat al-Rabbaniyyah ‘ala al-Adzkar al-Nawawiyyah, hal 397 disebutkan,” Berjabat tangan sudah menjadi tradisi masyarakat setelah sholat berjamaah, Syekh Hamzah al-Nasyiri berpendapat bahwa hal itu disunnahkan setelah sholat fardlu secara muthlak, sebab secara hukum sholat itu merupakan keghaiban, oleh karena itu hukum yang jelas dengan yang tidak jelas itu dipertemukan.”
Jadi, dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hukum bersalaman setelah sholat adalah boleh, bahkan sunnah dilakukan jika sebelum sholat memang belum bertemu (belum bersalaman).