AHLAN WASAHLAN

Assalaamu'alaikum wr.wb.

Selamat datang dan bergabung bersama kami. Semoga keberkahan Allah SWT tercurahkan kepada kita semua.

REDAKSI

TIDAK SADAR PERBEDAAN

Dalam hal ikhtilaf yaitu perbedaan pendapat para pakar atau ulama berkaitan dengan masalah furu'iyah dalam hukum islam adalah sesuatu yang logis. Namun banyak orang yang menganggap bahwa pendapatnya yang benar sedang lainnya salah kemudian memperjuangkan dengan setengah memaksakan pendapat tersebut. Orang semacam ini pada dasarnya tidak menyadari, bahwa : 1. Kebenaran yang mereka perjuangkan itu adalah kebenaran menurut pendapatnya sendiri. 2. Kebenaran mutlak hanyalah milik Allah SWT. 3. Berani menyalahkan pendapat para ulama mujtahid mutlak yang sudah diakui oleh para ulama akan kapabilitasnya 4. Telah berani mengambil hak Allah. Padahal hanya Allah yang berhak menentukan mana yang benar mana yang salah 5. Hasil ijtihad para ulama pakar tetap diakui kebenarannya. Yang benar menurut Allah mendapat pahala 2 sedang yang lainnya akan mendapat 1 pahala 6. Membanarkan pendapat sendiri dan menyalahkan yang lain tidak baik bagi perkembangan kemajuan dan kekuatan islam secara keseluruhan. Terutama berkaitan dengan penguatan ukhuwwah islamiyah 7. Sejarah telah telah memberikan pelajaran yang banyak bagi umat islam. Bagaimana perpecahan dan pertikaian antar umat islam telah menghancurkan kekuatan islam 8. Umat islam mudah diadu domba karena kebiasaan saling menyalahkan

Jumat, 21 Mei 2010

TAHLILAN DI MAKAM GUS DUR

Kang Dullah silaturrahim ke rumah dan menyoal, benarkah tahlilan telah tergantikan oleh acara sinetron? Mendengar apa yang disampaikan Kang Dullah saya pun berkomentar, ya memang barangkali ada benarnya, tetapi tidak perlu dipolitisir apalagi diperbesar. Biarkan jamaah berdialog dengan komunitasnya, mana yang lebih bermanfaat apakah tahlilan atau nonton sinetron.
Kang Dullah emosi dan berkata, yang penting tahlilan tho gus. Kan setiap ayat mendapat pahala. Tidak hanya ayatnya gus, bahkan per huruf ada pahalanya 10 kebaikan. Orang tua yang telah meninggal di dalam alam barzakh senang mendapat kiriman doa pengampunan dari anak dan handai tolan. Melihat wajah Kang Dullah yang mulai memerah saya pun menjawab, itu cara pandang para pecinta tahlil. Bagi mereka yang nggak suka tahlil bisa jadi tahlilan sebagai amalan bid’ah. Dan siapa yang beramal amalan bid’ah masuk neraka. Lebih baik nonton sinetron, para artisnya cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Dan nonton sinetron nggak ada hukumnya masuk neraka. Meskipun pernah ada ormas Islam yang melarang jamaahnya nonton sinetron dan infotaiment karena tidak mendidik dan cenderung ghibah (ngrasani).
Kang Dullah, justru Kang Dullah harusnya bersyukur karena ada komunitas yang memang tidak senang dengan tahlil dan menggantinya dengan nonton sinetron bareng atau pun secara individual. Itu barangkali pilihan hidupnya. Ya Kang Dullah nggak usah menyalahkan. Sekarang apakah Kang Dullah dengan jamaah tahlilan bisa mensejahterakan jamaah atau tidak. Kalau bisa berarti jamaah tahlilan Kang Dullah telah memberi manfaat kepada mereka yang merelakan diri untuk berkumpul dan membaca ayat-ayat Allah yang mulya.
Kang Dullah, Kang Dullah harus paham masih banyak jamaah yang tarafnya mencari-cari kebenaran. Apakah yang sedang dilakukannya adalah sebuah kebenaran. Maksudnya begini, ketika 20 orang kumpul untuk membaca tahlil adakah tujuan yang bisa dirasakan bersama. Misalnya, semangat untuk mengkaji ilmu agama. Semangat untuk membangun sebuah usaha komunitas yang lebih besar. Semangat untuk mencerdaskan dan memberdayakan komunitas. Ini penting agar jamaah tahlilan yang dikelola Kang Dullah tidak hanya berhenti pada kumpul-kumpul dan wirid, tetapi memiliki action sosial yang luas. Ini yang barangkali sering dilupakan oleh para pemimpin komunitas tahlil.
Kalau menurut saya tho Kang Dullah, janganlah karena jamaah saat ini ada yang meninggalkan tahlilan dan diganti dengan nonton sinetron terus kita gelisah. Tetapi justru ini menjadi refleksi kita untuk merumuskan bagaimana dakwah yang lebih efektif dan efisien. Ya sudahlah kalau memang jamaah nggak mau bergabung lagi dengan kita, nggak usah marah-marah. Sebab bisa jadi besok kalau mereka meninggal, maka anak-anaknya akan menonton sinetron di samping jenazah orang tuanya. Wajar tho kalau mereka mendidik anak-anaknya nggak senang tahlil terus diganti nonton TV, besok mereka akan diperlakukaan seperti itu.
Coba sampeyan lihat bagaimana makam Gus Dur yang sampai hari ini penuh dengan pengunjung yang berziarah dan berdoa. Ini bisa jadi akan menjadi iri para pemimpin bangsa ini yang misalnya besok mereka wafat, makamnya nggak ada yang nengok. Jangankan orang lain, keluarganya (anak, istri/suami) saja nggak ada yang nengok apa lagi orang lain.
Ziarah ke makam Gus Dur tentu tidak harus dimaknai secara tekstual kita ke sana dan membaca tahlil, tetapi dengan mengadakan seminar membedah pemikirannya, dan mengaktualisasikannya tentu akan memiliki makna tersendiri.
Saya pun ingin besok kalau saya wafat, para santri, anak dan istri setiap kamis sore datang ke makam untuk membaca yasin dan tahlil. Atau andaikan pun udzur nggak bisa ziarah, mereka di rumah tetap membacakan yasin dan tahlil. Saya senang dengan kehidupan yang masih mau menyambung antara yang hidup dengan yang mati.
Kematian Gus Dur bisa jadi membuat iri siapa pun yang ingin mati diperlakukan seperti Gus Dur. Tokh demikian Kang Dullah, tidak semua orang berfikir seperti saya. Ada yang berfikir justru Gus Dur dianggap penyebab kesyirikan. Ya sudah wong cara berfikirnya beda. Hal ini sama sebenarnya kalau seseorang datang berobat ke dokter dan ditanya, sudah sembuh pak? Ia menjawab, sudah. Saya berobat di dokter fulan. Apa ini juga tidak termasuk syirik. Mengapa? Karena yang dianggap bisa menyembuhkan adalah dokter, bukan Allah. Kalau kesimpulannya seperti itu, apakah profesi dokter dianggap haram.
Oleh karena itu Kang Dullah, jangan mudah memusyrikan orang. Jangan-jangan pikiran kita sendiri juga sering berperilaku seperti orang musyrik. Minimal menganggap selain Allah sebagai segala-galanya yang dalam ilmu kalam sering disebut syirik khofi (syirik yang samar).
Ocre Kang Dullah semoga orang-orang yang meninggalkan tahlil dan berganti nonton sinetron bisa mengambil hikmahnya. Kita pun yang senang dengan dunia tahlil juga bisa mengambil hikmah dari kenyataan ini. Semoga. Bismillah.
ARTIKEL LAINNYA :
1. PERBEDAAN ITU RAHMAT ?
2. FENOMENA MAJELIS ZIKIR
3. ANCAMAN GLOBAL TERHADAP DUNIA ISLAM
4. SIMBOLIESME DALAM ADAT TINGKEPAN
5. JANGAN MUDAH MENCELA SESAMA MUSLIM
6. SHOLAT SEBAGAI MEDIA MI'RAJ